Menelusuri Sejarah Hangul di Sepanjang Hangul Gaon-gil, Seoul
Sekilas tentang Hangul
Korea bisa mencapai kemajuan sampai sebesar ini tidak lepas dari peran King Sejong, Raja ke-4 dinasti Joseon yang sangat mencintai rakyatnya. Untuk mengenang jasanya dalam mencetuskan ide dan menciptakan huruf Hangul, maka setiap 9 Oktober diperingati sebagai Hangul Day di Korea Selatan. Hangul awalnya bernama Hunminjungeum. Di tahun 1443, King Sejong berinisiatif untuk menciptakan huruf aksara Korea yang lebih mudah dipahami dan bisa membuat Korea menjadi negeri yang maju dan makmur jika masyarakatnya tidak buta huruf. Ide ini lahir atas keprihatinannya melihat kenyataan bahwa hanya kaum bangsawan dan terpelajar saja yang bisa membaca itu pun dengan penggunaan karakter Hanja (huruf Korea yang diadaptasi dari alphabet China) dan itu cukup sulit. Maka beliau pun bekerjasama dengan sejumlah ahli bahasa Korea untuk mengerjakan proyek Hangul dengan berkonsep pada kemudahan dalam mempelajarinya sehingga mudah dipahami oleh seluruh masyarakat Korea. Akhirnya proyek yang sempat dirahasiakan dari kaum bangsawan lain yang menentang ide ini pun selesai. Sesuai dengan perkembangannya, saat ini Hangul terdiri dari 10 huruf vokal dan 14 huruf konsonan. 5 huruf konsonan utamanya (ㄱ, ㄴ, ㅅ, ㅁ, ㅇ) meniru bentuk bibir dan gerakan lidah ketika membuat suara tertentu serta mencerminkan 5 elemen inti dari filsafat oriental. 3 huruf vokal utamanya (ㆍ, ㅡ, ㅣ) melambangkan langit, bumi dan umat manusia, yang dianggap sebagai asal-usul terbentuknya kehidupan di alam semesta.
Walking Tour di Hangul Gaon-gil
Hangul Gaon-gil membentang sepanjang Sejong-daero mulai dari Gwanghwamun Gate melewati patung the Great of King Sejong sampai Sungnyemun (Namdaemun) Gate.
Berdasarkan gambar di atas, walking tour di sepanjang Hangul Gaon-gil dimulai dari depan Gyeongbukgung Palace yang bisa dicapai dengan menggunakan subway menuju Gyeongbukgung Station (Line 3, Exit 5) lalu berjalan ke arah Gwanghwamun Square dimana terdapat patung The Great of King Sejong.
Setelah melewati patung, tetap berjalan lurus di sepanjang jalan itu sampai menemukan Sejongno Park yaitu sebuah taman kecil yang ditandai dengan monumen yang bertuliskan huruf Hangul berjumlah 11.172 karakter itu.
Setelah itu berjalanlah menuju Sejong Center yang merupakan sebuah gedung pertunjukan kelas dunia. Di masa pemerintahan King Sejong, tempat ini memang dijadikan sebagai tempat pertunjukan musik tradisional. Di tempat ini terdapat pula Sejong Art Garden yang letaknya berada di belakang bangunan gedung.
Belok ke Sejong-daero 23-gil dimana terdapat Doryeom Green Square, sebuah taman yang terdapat patung 2 tokoh yang dianggap berperan dalam pengembangan Hangul ke masyarakat yang lebih luas. Mereka adalah guru Ju Si-gyeong dan seorang aktivis berkebangsaan Amerika, Dr. Homer Hulbert. Pada Juli 2013, Ia mengklaim bahwa Hangul adalah abjad paling ilmiah dan ideal dimana dalam memoarnya Ia menceritakan tentang pengalamannya membaca dan menulis Hangul hanya dalam waktu 4 hari saja. Ia juga menulis buku geografi dunia berjudul Saminpalji yang ditulis dengan Hangul saja.
Lanjutkan perjalanan melewati Saemunun-ro 3-gil lalu belok kiri menuju Saemunun-ro maka akan nampak Hangeul Sib-Madang (The Salvation Army Office Buliding), sebuah tempat bersejarah yang didepannya terdapat monumen kecil yang bertuliskan Hangul.
Di sebelahnya terdapat gedung kantor Korean Language Society, sebuah bangunan dengan ciri khas batu bata merah yang dan mulai resmi ditempati sejak 8 Oktober 1977. Organisasi ini didirikan oleh Ju Si-gyeong dan Kim Jeong-jin pada tahun 1908. Organisasi ini terlibat dalam serangkain proyek penelitian dan pengembangan Hangul serta kampanye publik untuk penggunaan Hangul yang tepat.
Tak jauh dari tempat itu tepatnya di sebelah utara dari Saemunun-ro 3-gil akan didapati bangunan komersial perumahan modern yang dibangun dibekas kediaman pribadi Ju Si-gyeong yang disebut Yongbieocheonga. Ju Si-gyeong sendiri dikenal sebagai tokoh penting dalam pengembangan Hangul dimana Ia mendapat julukan sebagai Ju-bottari (bundle Ju) karena dia selalu membawa seikat besar buku Hangul tulisan tangannya sendiri untuk diajarkannya kepada siswa-siswa di Korea pada saat itu. Ia adalah sosok guru yang sangat berdedikasi yang mengajarkan Hangul di 16 sekolah selama 40 jam per minggu karena pada saat itu Korea masih sangat kekurangan guru. Ia tidak pernah meminta imbalan banyak bahkan hidup dalam kemiskinan bersama ke-5 anaknya sampai akhirnya Ia mendapat sumbangan rumah yang dijadikannya sebagai pusat penelitian. Ia meninggal dunia di usia 39 di tahun 1914.
http://immaeverlastingstories.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar