Selasa, 23 September 2014

Tentang KISAENG


Kisaeng, gisaeng atau ginyeo (기녀), adalah wanita yang berprofesi sebagai penghibur di Korea pada zaman Dinasti Goryeo dan Dinasti Joseon. Kisaeng bekerja untuk menghibur raja dan para bangsawan.
Diperkirakan muncul sejak zaman Dinasti Goryeo, Kisaeng umumnya adalah penghibur yang dilegalkan pemerintah, yang juga terjun dalam banyak bidang pekerjaan lain. Sebagian besar kisaeng dipekerjakan di istana, yang lainnya dan tersebar di seluruh negeri. Kisaeng dilatih secara ketat dan umumnya sangat mahir dalam bidang seni seperti menari,melukis, dan membaca puisi dan sajak. Walau begitu mereka sering diremehkan karena status sosialnya yang rendah.
Kisaeng bekerja dalam banyak bidang selain menghibur, seperti di bidangkedokteran dan jahit menjahit. Dalam beberapa hal, kisaeng juga bekerja membantu tentara di pusat militer.
Kisaeng dalam sejarah maupun cerita fiksi, memainkan peran penting dalam budaya tradisional Korea pada masa lalu. Salah satu cerita tertua dan paling terkenal, Chunhyang-jeon, menceritakan kisaeng sebagai tokoh utama. Walau banyak nama para kisaeng sudah terlupakan, ada sedikit yang diingat karena bakat dan kesetiaannya, yang paling terkenal mungkin kisaeng dari abad ke-16, Hwang Jin-i.


Sejak dari zaman Dinasti Goryeo dan Joseon, kisaeng digolongkan ke dalam kelas cheonmin, kelas paling rendah dalam masyarakat bersama para tukang daging dan budak. Status sosial adalah turunan, jadi anak dari kisaeng juga adalah cheonmin, dan anak perempuan dari kisaeng pastinya akan menjadi kisaeng pula. Mulai pada zaman Dinasti Goryeo, kantor pemerintahan di tiap distrik menyimpan data para kisaeng untuk memudahkan pengawasan. Hal sama berlaku untuk para budak lain. Kisaeng hanya dapat bebas dari posisinya jikalau membayar uang yang cukup banyak kepada pemerintah, hal ini biasanya hanya bisa dilakukan oleh patron kaya, umumnya pegawai dari kantor pemerintahan.
Banyak kisaeng sangat berbakat dalam membuat puisi dan sejumlah sijo yang ditulis kisaeng masih tersisa. Karya mereka seringkali melukiskan rasa sakit hati dan putus cinta, serupa dengan tema puisi yang ditulis para cendekiawan dalam pengasingan Selain itu, beberapa karya puisi kisaeng yang paling terkenal ditulis untuk meyakinkan para bangsawan untuk menghabiskan malam bersama. Sijo lalu dikenal sebagai karya puisi kisaeng, sementara wanita bangsawan berfokus pada karya gasa.
Kisaeng yang dipekerjakan di kantor pemerintahan lokal dikenal sebagai gwan-gi, dengan statusnya dibedakan sekali dari budak lain yang juga dipekerjakan di istana. Mereka terdata secara terpisah pada data sensus. Kisaeng juga dianggap berkedudukan lebih tinggi dari budak walau sebenarnya mereka semua masuk ke kelas cheonmin. Karena itu, kadang-kadang dikatakan "memiliki tubuh di kelas bawah namun berpikir layaknya bangsawan."
read more :http://id.wikipedia.org/wiki/Kisaeng 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar